Inilah 8 Masalah Pada yang Sering Terjadi Pada Vagina - Vagina perlu dijaga
kebersihan dan kesehatannya agar terhindar dari berbagai masalah
kesehatan dan terciptanya kualitas kehidupan seksual yang baik. Anda
perlu mengetahui masalah-masalah yang sering terjadi pada vagina dan
cara mengatasinya.
Berikut 8 masalah yang sering terjadi pada vagina, seperti dilansir dari womenshealthmag, Kamis (7/6/2012) antara lain:
1. Infeksi ragi pada vagina
Ragi adalah jamur yang hidup di vagina dalam jumlah yang sedikit, tetapi
akan menimbulkan infeksi jika jamur tersebut berkembang dalam jumlah
yang berlebihan. Ketika Anda memakai celana dalam atau pakaian renang
yang hanya berupa tali, akan menggesek vagina ketika Anda bergerak.
Gesekan tersebut akan menyebabkan luka kecil di kulit halus sekitar
vulva dan klitoris yang akan menciptakan akses bagi mikroba. Jamur akan
berkembang pada luka tersebut dan menyebabkan infeksi ragi.
Gunakan celana dalam dari bahan kain yang membuat vagina Anda dapat
bernapas dan lebih kering, sehingga bakteri tidak dapat tumbuh dengan
mudah.
2. Anda tidak mendapatkan menstruasi setelah minum pil KB
Hormon yang digunakan dalam pil KB dapat mengganggu kinerja alami tubuh
seperti proses ovulasi dan menstruasi. Anda akan mendapatkan menstruasi
lagi setelah beberapa waktu menghentikan penggunaan pil KB.
Tidak adanya periode menstruasi atau menstruasi yang tidak teratur
dikenal dengan sebutan amenore. Jika Anda masih belum mendapatkan haid
dalam waktu 3 bulan, hentikan pemakaian pil KB dan berkonsultasilah
dengan dokter kandungan. Amenore dapat menjadi gejala dari masalah
kesehatan lainnya.
3. Anda merasa ada benjolan kecil berisi cairan yang tumbuh di vagina
Hal ini disebabkan karena tersumbatnya kelenjar bartholin. Kelenjar
bartholin berupa dua buah organ di bawah kulit vagina yang seukuran
kacang yang berperan dalam proses lubrikasi vagina. Jika kelenjar ini
tersumbat, sekresi cairan pelumas terjebak dan menyebabkan tumbuhnya
benjolan kecil yang lembut, licin dan membengkak di dekat lubang vagina.
Bartholin yang tersumbat biasanya jinak dan tidak memerlukan pengobatan.
Anda mungkin dapat mengatasinya dengan mandi air hangat selama 20 menit
dua atau tiga kali sehari.
Jika benjolan menjadi menyakitkan atau ukurannya bertambah besar, dokter
mungkin akan menyarankan untuk melakukan prosedur marsupialization.
Prosedur ini termasuk pengeringan benjolan, kemudian menjahit dinding
benjolan pada kulit luar untuk membuat saluran baru. Pengobatan dengan
cara ini akan sembuh dalam waktu sekitar satu bulan.
4. Vagina yang kering
Kekeringan vagina dapat disebabkan oleh banyak hal, termasuk dehidrasi,
minum obat tertentu (antihistamin), perawatan yang salah, penipisan
jaringan mukosa dan perubahan kadar hormon selama menopause. Vagina yang
kering akan menyebabkan rasa nyeri ketika penetrasi.
Gunakan pelumas untuk mengatasi kekeringan pada vagina. Pilih pelumas
berbahan dasar air karena lebih aman jika digunakan bersama dengan
kondom.
Pelumas berbasis minyak dapat merusak integritas kondom. Hindari juga
menggunakan pelumas yang berwarna, beraroma, dan memiliki rasa karena
dapat memicu infeksi jamur dan akhirnya dapat memperburuk kekeringan.
5. Anda menularkan jamur pada vagina ke penis pasangan
Hal ini memang jarang terjadi, tetapi seorang pria dapat mengembangkan
gejala kemerahan, gatal, atau rasa tidak nyaman setelah berhubungan seks
tanpa kondom dengan pasangan yang terinfeksi.
Pria dapat berisiko jika tidak minum antibiotik, memiliki diabetes,
sistem kekebalan tubuhnya terganggu atau jika pria tidak disunat. Kulit
penis menciptakan lingkungan yang lembab dan kondusif untuk pertumbuhan
jamur.
Obat anti jamur dapat digunakan untuk mengobati kondisi tersebut, tapi
sebaiknya Anda menunda berhubungan seks sampai gejalanya benar-benar
hilang. Dengan begitu, Anda akan mengurangi risiko saling menginfeksi
satu sama lain.
6. Vagina yang sakit ketika berhubungan seks karena posisi rahim yang miring
Posisi seks tertentu bisa lebih menyakitkan daripada yang lain jika
posisi rahim Anda dalam keadaan miring. Berkonsultasilah dengan dokter
kandungan Anda untuk mengetahui apakah rahim Anda miring atau tidak.
Rahim yang terlalu miring akan lebih menyakitkan ketika Anda berhubungan
seks. Posisi seks seperti wanita yang berada di atas, dapat mengurangi
rasa tidak nyaman tersebut.
7. Ada rasa panas ketika buang air kecil setelah berhubungan intim
Ada beberapa hal yang menyebabkan sensasi panas ketika buang air kecil
setelah berhubungan initim, seperti gesekan yang terlalu kuat pada
vagina yang kering. Atasi dengan berendam dalam air hangat setelah
berhubungan seks. Gunakan pelumas saat berhubungan seks untuk mencegah
hal ini terjadi lagi.
Hal ini juga dapat disebabkan karena infeksi pada saluran kemih atau
vagina. Periksakan kondisi Anda ke dokter, biasanya dokter akan
meresepkan obat antibiotik. Anda dapat mencegah infeksi kandung kemih
dengan buang air kecil sebelum dan setelah berhubungan seks.
8. Anda mencium bau amis dan merasa gatal pada vagina ketika berhubungan seks
Penyebabnya bisa jadi karena keseimbangan normal bakteri pada vagina
terganggu karena peningkatan jumlah bakteri berbahaya. Bacterial
vaginosis dapat dipicu karena gonta-ganti pasangan seks.
Gejala lain termasuk keputihan, gatal dan sensasi terbakar. Jika tidak
diobati, bacterial vaginosis dapat menyebabkan masalah kesehatan yang
serius seperti kelahiran prematur, infeksi postpartum, penyakit radang
panggul, dan meningkatnya kerentanan terhadap infeksi HIV.
Sementara kondisi ini dapat diobati sendiri seperti perawatan dengan
antibiotik metronidazole atau clindamycin. Wanita yang pernah mengalami
kelahiran prematur atau bayi berat lahir rendah harus diperiksa untuk
mengetahui apakah ada gejala bacterial vaginosis.
sumber: health.detik.com